BUDAYA KORUPSI

Korupsi, kata ini menjadi begitu populer akhir-akhir ini seiring dengan tekad presiden SBY untuk memberantas praktek pembocoran kas negara dengan membentuk KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi). Korupsi (kata benda) atau korup (kata kerja/sifat) berasal dari bahasa latin corruptus, bentuk ketiga dari corrumpere. Corrumpere sendiri berasal dari kata com + rumpere yang artinya merusak atau menghancurkan. Corrupt sendiri, menurut kamus online Merriam-Webster berarti; 1 a : merubah dari baik ke buruk, dalam hal moral, sikap atau tindakan; b : menurunkan, tanpa terlihat dengan jelas, prinsip atau nilai moral;
2 :membusuk/menjadi rusak; 4 : merubah dari aslinya (yang benar) suatu bentuk atau versi. Corruption (korupsi) berarti; 1 a : perusakan integritas, tatanan atau prinsip-prinsip moral b : pembusukan c : pengaruh ke jalan yang salah dengan maksud yang tidak sesuai/benar atau melawan hukum (seperti: suap) d : penyimpangan dari aslinya (yang benar) atau murni atau benar. Jadi makna korupsi pada awalnya adalah penyimpangan dari yang baik. Atau bisa juga dikatakan bahwa korupsi adalah semua jenis perbuatan jelek yang berhubungan dengan moral.

Tetapi oleh beberapa cendekiawan (?) dan politikus (?) kita yang (katanya) hebat-hebat, kata korupsi disempitkan maknanya menjadi hanya sekedar penggelapan uang negara oleh para pejabat atau aparatur negara. Padahal banyak sekali tindakan masyarakat kita yang sebenarnya bisa digolongkan ke dalam korupsi, seperti penyelewengan perjanjian, penyelewengan waktu, penyelewengan peraturan dan lain-lain. Secara garis besar,masyarakat kita sudah menjadi masyarakat yang koruptif. Hal ini berlaku mulai dari akar rumput sampai para pejabat negaranya.

Masyarakat sudah terbiasa untuk mengambil jalan pintas demi mewujudkan keinginannya. Sebagai contohnya adalah, bila terjadi pelanggaran lalulintas masyarakat kita lebih senang untuk membayar kepada petugas daripada mengikuti proses persidangan yang berbelit-belit. Dari sudut pandang ini, yang korupsi sebenarnya bukan hanya dilakukan oleh polisi saja, tetapi sudah dimulai dari masyarakat sendiri. Andaikan masyarakat mau sedikit bersabar dan mempunyai budaya patuh, maka tidak akan ada celah bagi polisi untuk menerima uang suap. Dan masih banyak lagi hal-hal yang lain yang menunjukkan bahwa korupsi sudah mengakar dan membudaya di dalam masyarakat kita. Salah satu penyebabnya adalah budaya ingin cepat jadi (instan) yang dianut oleh sebagian besar masyarakat kita. Ingin cepat kaya, ingin cepat terkenal, ingin cepat dapat hasil, ingin cepat sukses, ingin cepat naik pangkat dan masih banyak lagi. Selain itu juga budaya aji mumpung ikut pegang peranan. Mumpung berkuasa, mumpung pegang peranan, mumpung tidak dilihat orang, mumpung di tempat yang basah serta mumpung-mumpung lainnya. Semua itu menimbulkan keinginan untuk menghalalkan segala cara agar keinginannya terwujud. Manipulasi data, manipulasi waktu, manipulasi kata-kata, manipulasi aturan dan masih banyak lagi cara yang diambil untuk melakukan tindak korupsi tersebut. Dan pelakunya mulai dari tukang parkir, pedagang kaki lima, pegawai swasta, pegawai negeri, manajer perusahaan, direktur, pengusaha sampai wakil rakyat dan pejabat negara. Pokoknya tidak ada satu posisi pun dalam masyarakat yang aman dari budaya korupsi ini.

Sebenarnya kalau kita mau kembali kepada hakikat kita sebagai makhluk ciptaan Tuhan, kita tidak perlu membudayakan hal-hal seperti itu. Pada dasarnya kita diciptakan untuk mengisi dunia ini dengan berbagi dengan sesama manusia dan makhluk penghuni lainnya, seperti tumbuhan dan binatang. Jadi kita tidak perlu terlalu membela kepentingan kita sendiri dengan mengorbankan kepentingan orang atau makhluk lainnya. Setiap makhluk mempunyai rizqinya masing-masing. Kita hanya perlu berusaha dan bersabar dalam porsi kita masing-masing dan tidak perlu sampai menerabas aturan-aturan dari Tuhan maupun masyarakat. Tidak perlu kita saling menyalahkan orang lain dengan keadaan ini, tapi marilah kita bersama-sama melakukan perbaikan pada moral dan akhlak kita masing-masing, agar kita bisa terbebas dari belenggu keadaan ini. Insya Allah ekonomi kita akan membaik dengan sendirinya. Amin.

Comments

Popular posts from this blog

Hakikat Cinta

Berkata Baik...Atau Diam...