AKUnya Manusia

Jika si 'AKU' dalam diri manusia masih bertahta dengan sombongnya, maka tidak akan ada sedikitpun celah bagi orang lain untuk memasukinya. Demikianlah Sunatullah yang telah ditetapkan sejak penciptaan manusia pada awalnya (disini kata manusia sengaja saya cetak miring untuk menegaskan bahwa bukan hanya wujud fisik manusia saja yang saya maksudkan, tetapi lebih jauh kepada eksistensi perwujudan manusia secara utuh). Padahal sejatinya manusia adalah ciptaan dari Yang Maha Kuasa, pemilik alam semesta. Dan dengan rahmatNya lah manusia dititipkan sepercik sifatNya, yaitu 'Maha Berkehendak'. Tapi yang sepercik inipun telah membuat manusia merasa bahwa mereka telah diamanati dunia ini beserta isinya untuk dikelola sekehendak mereka tanpa mempedulikan konsekuensinya. Manusia telah memporakporandakan bangun dunia yang telah diciptakan oleh Allah dan membentuknya sesuai dengan keinginan mereka, bukan sesuai dengan maksud Sang Pencipta.

Dari mulai merusak tatanan alam, sampai kepada merusak tatanan kehidupan secara keseluruhan telah dilakoni oleh makhluk yang bernama manusia. Segala dogma yang diajarkan oleh agama seakan telah sirna dari alam bawah sadar mereka. Dan yang lebih parah lagi mereka telah mengerdilkan dogma agama tersebut hanya sebatas hubungan mereka dengan Sang Pencipta saja. Padahal Tuhan menciptakan manusia adalah untuk menunjukkan kekuasaanNya atas segala sesuatu. Dan manusia diminta untuk menjalankan amanahNya untuk mengelola alam semesta ini beserta isinya untuk kemakmuran isi alam semesta itu sendiri, bukannya kemakmuran masing-masing individu.

Manusia tidak diciptakan hanya untuk mengisi surga dan neraka. Tetapi manusia diciptakan untuk mengisi kehidupan ini dan menjadi suluh penerang dan sumber kebahagiaan bagi isi alam semesta. Karena Allah sendiri telah menegaskan bahwa andaikata Dia menghendaki, maka bisa saja semua orang akan diciptakanNya sama (mulai fisik sampai kepada keyakinannya). Tapi pada kenyataannya Allah tidak melakukan hal itu, karena hal itu dapat mengerdilkan kekuasanNYa yang Maha Luas.

Allah juga menegaskan bahwa Dia menciptakan jin dan manusia hanya untuk beribadah kepadaNya. Ibadah yang dimaksudkan disini adalah mengabdi seperti seorang pelayan kepada majikannya. Sebagai pelayan yang baik, apapun yang diperintahkan oleh majikannya sepatutnya dituruti. Dan perintah Tuhan yang paling utama adalah mengisi kehidupan ini dengan baik agar dapat menjadi berkah bagi seluruh alam semesta dan isinya. Setelah perintah itu dijalankan maka sebagai pelayan yang baik, sepatutnya memberikan laporan kepada majikannya. Laporan inilah yang berbentuk ibadah vertikal. Jika hasil kerjanya atas perintah itu baik, demikian juga laporannya, maka si pelayan patut mendapatkan ganjaran yang baik pula, dalam hal ini berbentuk surga. Dan apabila hasil kerjanya atau laporannya buruk, maka patut mendapat ganjaran yang tidak mengenakkan, dalam hal ini neraka.

Sang Maha Kuasa juga memberitakan bahwa Dia menciptakan manusia bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar dapat saling mengenal, menghargai dan menghormati satu sama lainnya. Tujuannya adalah agar manusia dapat saling bekerja sama mengelola alam semesta dan isinya ini. Selain itu juga agar manusia dapat saling bercermin dan saling memperbaiki bila ada yang salah. Jadi dalam hal ini tidak ada satupun manusia baik secara pribadi, suku, keyakinan maupun golongan yang berhak untuk men-justifikasi bahwa dia/mereka lebih tinggi martabatnya dibandingkan dengan yang lain yang berbeda. Hanya Tuhan lah yang berhak untuk membedakannya, dilihat dari rapor kehidupannya.

Karena itu ingatlah bahwa No I in TEAM. Kita semua adalah satu tim makhluk yang diberi tugas untuk menyemarakkan dunia ini. Jadi, bekerjasamalah...

Wassalam.

Comments

Popular posts from this blog

BUDAYA KORUPSI

Hakikat Cinta

Berkata Baik...Atau Diam...